Kecelakaan dan musibah dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa siapa saja.. Apabila terjadi kasus emergency sering kali batasan selamat atau meninggal, sembuh total atau cacat permanen tergantung dari orang yang berada di sekitar lokasi kejadian, orang yang memberikan bantuan pertama kali sebelum tenaga medis profesional datang dan memberikan bantuan medis berikutnya Pertanyaannya adalah… apabila kita yang berada di tempat kejadian dan ada orang yang perlu dibantu.. misalnya kita sedang berkendara dan melihat ada yang mengalami kecelakaan.. apa yang harus kita lakukan untuk menolong agar orang yang dibantu tidak menjadi lebih parah bahkan dapat menolong keselamatan jiwanya..?? Demikian sekilas obrolan yang terjadi saat beberapa sahabat Nusantaride yang berdomisili di daerah Tangerang dan sekitarnya berkumpul di rumah sahabat senior Nusantaride yaitu di kediaman Om Rendra Herthiadhi pada pertengahan bulan Juni 2014 Om Rendra yang memang seorang instruktur bersertifikat international dalam bidang pelatihan penanganan kondisi emergency memberikan penjelasan bahwa menolong itu adalah kebaikan dan pertolongan segera yang dilakukan secara benar itu jauh lebih penting daripada pertolongan medis yang lengkap dan sempurna tapi harus menunggu.. Om Rendra memberikan contoh-contoh sekilas bagaimana cara menolong pertama kali dengan benar mampu untuk menyelamatkan seseorang dari kematian dan atau kecacatan permanen.. Obrolan mengenai pertolongan pertama menjadi salah satu topik seru pembicaraan pada ajang temu ngobrol Nusantaride wilayah Tangerang.. karena sebagai pengendara sepeda motor dan sering blusukan maka faktor kecelakaan makin besar tentu pemahaman terhadap pertolongan pertama yang benar sangat diperlukan.. dan tentu saja pemahaman pertolongan pertama ini dapat dipergunakan juga di rumah, di kantor maupun di mana saja.. Akhirnya Om Rendra menawarkan pelatihan penanganan pertama pada kecelakaan.. tentu saja tawaran yang tidak akan ditolak.. mengenai lokasi akan mempergunakan tempat latihan dan pendidikan kepunyaan Om Rendra sedangkan waktunya akan ditentukan kemudian.. Tanggal 26 Juni 2014.. Om Rendra mengumumkan bahwa beliau bisa memberikan pelatihan penanganan pertama pada kondisi emergency pada esok hari atau tanggal 27 Juni 2014 sore hari.. dan peserta angkatan pertama hanya dibatasi 5 orang saja.. diriku terlambat daftar karena terlambat membuka dan membaca pesan.. hadeuh.. sudah 5 orang yang daftar.. tapi ah coba daftar juga.. mudah-mudahan Om Rendra memberikan kelonggaran bagi diriku.. eh ternyata diriku diperbolehkan ikut.. asyyikk.. terimakasih Om Rendra.. diriku senang diikutsertakan karena diriku sangat sangat ingin mengetahui dan menguasi pemahaman mengenai penanganan korban terhadap kondisi emergency.. ilmu yang penting dan harus kumiliki kalau touring, di kantor dan di keluarga atau dimana saja..keinginan diriku untuk bisa menolong dapat kuterapkan dengan benar… 27 Juni 2014 pukul setengah enam sore… 30 menit terlambat dari jadwal… diriku tiba di tempat pelatihan di Jalan Wijaya Kusuma 17 Jakarta.. datang berbarengan dengan Om Iki yang juga berminat mengikuti pelatihan tersebut.. kami ngobrol sambil menunggu sahabat yang lain datang… ditunggu hingga menjelang pukul enam sore tidak ada yang datang lagi.. Om Rendra memutuskan untuk memulai saja training dengan peserta yang sudah datang yaitu diriku dan Om Iki.. dan tentu saja instrukturnya adalah Om Rendra.. Om Rendra adalah salah seorang instruktur bersertifikat international dari lembaga Emergency First Response. Latihan dimulai dengan paparan dari Om Rendra mengenai apa itu Emergency Fast Response baik mengenai lembaganya, kursus dan pelatihan yang diadakan, serta jasa dan pelayanan yang diberikan oleh Emergency First Response (untuk lebih mengetahui silahkan klik Emergency First Response).. Masing-masing peserta diberikan buku pedoman, buku yang akan kami pergunakan selama mengikuti training Emergency First Response Buku pedoman Emergency First Response Participant Manual terdiri dari tiga bagian yaitu :
Om Rendra menyampaikan bahwa buku tersebut diharapkan dibaca oleh seluruh peserta sebagai buku panduan.. Om Rendra menyampaikan juga bahwa panduan pelatihan Emergency First Response mengikuti prosedur emergency yang dikembangkan oleh anggota ILCOR (International Liason Commitee on Resuscitation) yaitu suatu lembaga forum dunia dari beberapa lembaga keselamatan terkemuka di dunia (untuk lebih mengetahui silahkan klik ILCOR) Pelatihan dimulai dengan paparan instruktur yaitu Om Rendra mengenai apa saja yang akan dipelajari, urutan materi dan simulasi serta pembagian waktu Sebelum memulai pelatihan.. kami diminta menyampaikan kenapa tertarik untuk mengikuti pelatihan Emergency First Response.. diriku sampaikan bahwa diriku pada saat berkendara sering kali melihat yang kecelakaan namun ragu untuk menolong karena khawatir pertolongan yang akan kuberikan malah membuat kondisi korban lebih parah.. dan diriku ingin tahu apa saja yang harus kulakukan dan kupersiapkan dari sisi penanganan kondisi emergency sebelum touring.. serta satu lagi alasan diriku ingin mengikuti training ini dapat dipraktekan dimana saja termasuk di rumah Om Rendra memahami alasan diriku untuk ikut latihan Emergency First Response.. Om Rendra memahami keraguan diriku untuk menolong karena hal itu sering ditemui.. Om Rendra meminta kami untuk membuka buku panduan yang dibagi dan membuka halaman 1-10.. yang isinya ternyata 6 alasan yang sering ditemui mengapa seseorang enggan untuk memberikan pertolongan darurat yaitu :
Om Rendra menyampaikan bahwa sebenarnya kita tidak perlu takut untuk dituntut karena pada dasarnya menolong itu adalah pekerjaan yang baik… di beberapa negara ada yang telah mengadopsi Good Samaritan Law yaitu aturan yang diberlakukan untuk mendorong orang memberikan bantuan kepada orang lain. Secara umum, aturan tersebut melindungi individu yang sukarela menawarkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Aturan ini diciptakan untuk memberikan kekebalan terhadap tuntutan hukum karena sudah memberikan bantuan. Agar kita bisa dilindungi oleh Good Samaritan Laws, maka pada saat kita memberikan pertolongan, 6 hal berikut harus dilaksanakan :
Diriku penasaran dengan penerapan Good Samaritan Laws di Indonesia.. pada saat menulis cerita mengenai pelatihan ini diriku googling dan browsing internet.. ternyata Indonesia belum sepenuhnya menerapkan atau memberlakukan hukum yang dapat melindungi seseorang dari tuntutan hukum apabila menolong seseorang.. aturan untuk menolong orang lain dalam keadaan membahayakan diatur dalam Pasal 531 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) yang isinya mengenai hukum meninggalkan orang yang membutuhkan pertolongan
Om Rendra menyampaikan bahwa pada kejadian darurat atau emergency… keberhasilan untuk menyelamatkan seseorang akan semakin menipis seiring berjalannya waktu.. terutama ketika korban pada kejadian darurat diyakini jantungnya tidak berdenyut atau terlihat tidak bernapas, maka kerusakan otak permanen dan tidak bisa diobati dapat terjadi dalam hitungan menit, kalau pada saat itu ada tenaga medis profesional maka hal itu dapat ditangani oleh tenaga medis.. namun apabila tenaga medis tidak ada atau dalam perjalanan dan hanya kita yang ada disekitar lokasi.. apakah kita akan mendiamkan?? tentu tidak.. kita diharapkan untuk menolong korban tersebut.. Disampaikan oleh Om Rendra bahwa disamping aspek kemanusian dalam memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, terdapat tiga alasan utama untuk membantu seseorang yang memerlukan pertolongan darurat, yaitu :
Om Rendra menyampaikan bahwa korban berada kondisi yang lebih parah daripada kita yang bisa menolongnya..dan kita tentu saja diharapkan memberikan pertolongan.. oleh sebab itu dalam pelatihan Emergency First Response akan dipelajari dan disimulasikan hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak terlalu penting pada saat melakukan pertolongan darurat.. tidak perlu fokus pada kesempurnaan.. karena kalau selalu fokus pada kesempurnaan maka dapat diduga bahwa kita tidak akan melakukan apapun pada saat terjadi kondisi emergency sebenarnya.. Disampaikan pula bahwa setelah mengikuti training Emergency First Response maka kita akan paham bahwa tidak sulit untuk memberikan pertolongan yang benar dan menyadari bahwa Pertolongan memadai jauh lebih baik dari pada pertolongan sempurna yang ditunda (adequate care provided is always better than perfect care withheld) Selain karena diriku ingin tahu bagaimana memberikan pertolongan kedaruratan medis pada saat emergency dan mendapatkan penjelasan dari Om Rendra secara panjang lebar mengapa kita harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai pertolongan pada saat kejadian emergency atau darurat.. menambah semangat diriku belajar dan menggali pengetahuan dan pemahaman mengenai Emergency Fisrt Response.. apalagi setelah kutemui artikel yang memuat betapa beruntungnya diriku sebagai seorang muslim apabila bisa membantu seseorang dalam kesusahan..
Setelah diskusi alasan peserta tertarik untuk ikut pelatihan Emergency First Response dan paham manfaat pelatihan Emergency First Response.. saatnya untuk segera memulai pelatihan.. siap Om.. kami akan jadi murid yang baik dan haus akan pengetahuan dan pemahaman ilmu yang sangat berguna ini.. Om Rendra menyampaikan bahwa pelatihan Emergency First Response dibagi menjadi dua tahapan :
Training akan lebih banyak diskusi, praktek dan simulasi dan bagaimana pentingnya pemahaman mengenai Chain of Survival (rantai kelangsungan hidup) dalam penanganan darurat… Chain of Survival menekankan pentingnya kerjasama antara penolong dengan petugas medis profesional dalam penanganan korban. Chain of Survival terdiri dari 4 hal yang berkelanjutan, yaitu :
Pelatihan Emergency First Response yang akan disampaikan kepada kami terdiri dari :
Point 1 sampai point 5 akan diberikan pada sesi pertama, selanjutnya akan diberikan pada sesi kedua pada hari lain… Pelatihan Emergency First Response memasuki inti pelatihan.. dimulai dengan pemutaran video mengenai sesi yang akan disampaikan.. Disela-sela pemutaran video.. Om Rendra memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan yang kami sampaikan apabila ada hal yang menurut kami tidak jelas.. Setelah pemutaran video dan diskusi.. pelatihan dilanjutkan dengan simulasi penerapannya.. Om Rendra pertama kali memberi contoh selanjutnya kami praktekan apa yang ada di film, teori di buku dan contoh yang di berikan.. pada setiap sesi.. dilakukan simulasi beberapa macam situasi yang mungkin terjadi.. sistem pelatihan semacam ini ternyata sangat membantu kami dalam memahami pelajaran yang diberikan.. Sesi pertama pelatihan Emergency First Response Primary Care memberikan pemahaman mengenai langkah-langkah dan teknik untuk penanganan kedaruratan medis yang mengancam keselamatan jiwa Emergency First Response Primary Care (CPR) mengajarkan peserta bagaimana untuk menanggapi keadaan darurat yang mengancam jiwa. Kursus ini berfokus pada perawatan primer melalui kombinasi pengembangan pengetahuan, pengembangan keterampilan dan praktek serta simulasi terhadap skenario realistis untuk memastikan peserta memiliki kepercayaan diri dalam kemampuan mereka untuk memberikan perawatan ketika situasi darurat muncul. keterampilan Primary Care (CPR) yang diajarkan dalam kursus ini: Peserta ditekankan untuk mengingat dan mengaplikasikan The Cycle of Care yaitu pedoman yang memberikan arahan dan prioritas yang benar tindakan kedaruratan medis bagi Emergency First Responder bagaimana untuk menanggapi keadaan darurat yang mengancam jiwa Grapik AB-CABS diatas menjelaskan bahwa seorang Emergency First Responder harus segera melakukan “AB” yaitu segera memeriksa apakah saluran pernapasan korban terbuka (Airway Open ) dan memeriksa apakah korban bernapas normal (Breathing Normally). Jika saluran napas korban terbuka dan korban tidak bernapas secara normal, maka lakukan langkah selanjutnya yaitu “CAB” (pada lingkaran biru). Pada situasi ini penolong harus segera memberikan Chest Compressions atau tekanan berulang pada dada korban. Setelah Chest Compressions, penolong segera buka dan periksa saluran napas korban (Airway Open) dan berikan napas buatan terhadap korban (Breathing for Patient). Pada pelatihan ini dijelaskan bahwa urutan tersebut adalah urutan pemberian CPR atau Cardiopulmonary Resusciation Setelah penolong selesai memberikan bantuan pernapasan buatan kepada korban, maka kembali melakukan Chest Compressions dan mengulang kegiatan dalam selanjutnya. Penolong terus melakukan CPR dalam lingkaran berkesinambungan yaitu Chest Compressions, membuka kembali saluran napas, memberikan bantuan pernapasan. Urutan tersebut disebut Cycle of Care Jika penolong mendapati korban bisa bernapas normal, maka tidak perlu diberikan CPR dan tidak melakukan CAB dalam lingkaran biru. Pada situasi korban bisa bernapas normal penolong langsung melakukan S pada urutan CABS dan melakukan penanganan kedaruratan pendarahan serius (Serious Bleeding), penurunan mendadak aliran darah (Shock), dan cidera tulang belakang (Spinal Injury) Ditekankan pula bahwa apabila kita melakukan tindakan CPR pada korban yang tidak bernapas normal, maka penolong harus melanjutkan dengan Chest Compressions, membuka saluran napas (Airway) dan memberikan napas buatan (Breath) – CAB. Penolong tidak perlu melakukan penanganan kedaruratan medis untuk pendarahan serius, syok dan cidera tulang belakang. CPR merupakan prioritas yang harus dilakukan apabila korban tidak bernapas normal. Menjelang pukul 9 malam pelatihan Emergency First Response sesi pertama selesai dilaksanakan dengan pokok materi yaitu Primary Care Bagaimana memberikan pertolongan kedaruratan medis pada kondisi emergency yang membahayakan jiwa Sesi selanjutnya akan dilaksanakan apabila tersedia waktu yang memungkinkan.. diriku pulang dengan membawa pemahaman bahwa menolong itu adalah suatu kebaikan dan kita tidak boleh meninggalkan seseorang yang perlu bantuan.. setelah mengikuti pelatihan Emergency First Response – Primary Care ini.. diriku makin mantap untuk segera memberikan bantuan apabila diperlukan.. ternyata tidak sulit untuk memberikan bantuan kedaruratan yang mampu membuat perbedaan antara selamat dan meninggal.. atau luka sementara dan luka permanen.. Pertolongan memadai yang diberikan adalah lebih baik dari pada pertolongan sempurna yang ditunda.. (adequate care provided is always better than perfect care withheld).. terimakasih Om Rendra atas kemurahan hati Om Rendra untuk berbagi ilmu.. diriku menunggu informasi pelaksanaan sesi kedua secepatnya.. Tanggal 28 Juni 2014 pagi hari.. hape memberikan tanda bahwa ada pesan yang masuk.. kubuka.. ternyata pesan dari group kontak para sahabat Nusantaride wilayah Tangerang.. pesannya adalah bahwa pagi ini akan diadakan pelatihan Emergency bagi yang berminat.. sesi pertama pagi hari dan sesi kedua siang hari.. assyiikk ada kelanjutannya.. diriku langsung daftar untuk gabung pada sesi kedua… dipersilahkan oleh Om Rendra.. terimakasih Om Rendra.. Tiba di tempat pelatihan pukul satu siang lebih dikit.. ternyata yang mengikuti pelatihan adalah Om Ade dan Om Rudi.. sedangkan Om Iki yang hari kemarin telah mengikuti pelatihan sesi pertama tidak bisa mengikuti pelatihan sesi kedua kali ini karena tidak bisa meninggalkan pekerjaan kantor.. akhirnya kami bertiga memulai pelatihan Emergency First Response sesi kedua.. Om Rendra sebagai instruktur menyampaikan bahwa pada sesi kedua adalah Emergency First Response – Secondary Care : Bagaimana memberikan pertolongan pada saat petugas medis darurat belum tiba atau tidak ada, Secondary care juga membahas bagaimana memberikan pertolongan pertama untuk korban dengan kondisi yang tidak membahayakan jiwa Jadi pada sesi secondary care ini peserta akan melakukan review terhadap Cycle of Care yang diajarkan pada sesi pertama – yaitu memastikan bahwa tidak ada ancaman yang mungkin terjadi terhadap keselamatan jiwa korban- selanjutnya adalah memberikan penanganan kedaruratan medis yang memastikan kembali kondisi korban, meringankan penderitaan dan mengurangi resiko terjadinya luka yang lebih parah hingga bantuan tenaga medis profesional datang Kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta pada sesi secondary care adalah :
Keempat kemampuan tersebut akan dipraktekan pada materi yang belum secara lengkap diberikan pada sesi pertama yaitu pendarahan serius, syok, dan cidera tulang belakang Seperti sesi pertama.. pelatihan sesi kedua ini juga dimulai dengan pemutaran video mengenai yang akan dipelajari, disampaikan penjelasan oleh Om Rendra sebagai Instruktur, tanya jawab dan langsung disimulasikan.. Sesi kedua ini mempraktekan seluruh materi sesi pertama dan sesi kedua yang diberikan mulai dari tindakan pertama kali apabila mendapati suatu keadaan emergency, menilai keadaan lokasi kejadian, menerapkan call first care first, mempergunakan alat perlindungan diri, menilai kondisi korban, memberikan CPR apabila diperlukan, simulasi praktek penanganan apabila korban mengalami pendarahan serius, mengalam syok, dan mengalami cidera tulang belakang Sesi kedua ini juga lebih banyak diskusi bagaimana penerapan di lapangan terutama saat kita touring dan mendapatkan ada kecelakaan baik orang lain maupun teman seperjalanan.. apasaja yang harus dilakukan dan alat apa saja yang bisa dipergunakan.. pokoknya seru dan bermanfaat.. Pelatihan Emergency First Response – Secondary Care berakhir menjelang pukul 5 sore.. walaupun sudah diberikan beberapa pemahaman mengenai bagaimana memberikan pertolongan kedaruratan.. namun Om Rendra mengingatkan bahwa peserta untuk membaca kembali buku panduan yang diberikan karena disana terdapat materi yang sangat bermanfaat namun dapat dipelajari sendiri.. Sewaktu diriku menyusun cerita ini.. kubuka dan kupelajari isi panduan Emergency First Response.. ternyata isinya sangat bagus dan penyampaian materi didalam buku tersebut sangat jelas.. sambil membaca buku tersebut dan mengingat kembali materi serta simulasi yang telah diberikan di kelas.. membuat sangat gampang untuk memahami isi buku tersebut.. Sebagai tambahan.. diriku menambahkan informasi yang diperoleh sewaktu googling dan browsing internet untuk mendapatkan pemahaman tambahan mengenai apa yang ditulis.. salah satu informasi yang mungkin berguna adalah bagaimana tindakan kita apabila ada kecelakaan lalulintas.. saran tindakan pada suatu kecelakaan lalu lintas yang dikeluarkan oleh TMC Polda Jaya
Kalau kita perhatikan ternyata tindakan yang diharapkan oleh pihak kepolisian Indonesia secara garis besar sama dengan yang diajarkan oleh Emergency First Response yaitu pastikan keselamatan penolong, berilah bantuan, hubungi tenaga terlatih dan profesional.. satu hal penting yang perlu diriku sampaikan disini adalah kalimat “…Kalau anda cukup sadar dan dapat memberikan pertolongan kepada korban lain ini merupakan tindakan yang sangat mulia…” Mari kita membayangkan apabila dirumah kita ada yang terluka, pasangan kita jari tangannya terluka oleh pisau saat mempersiapkan makanan buat kita, di tempat olah raga ada seseorang paruh baya terjatuh karena serangan jantung, pada suatu kegiatan ada seseorang yang pingsan karena terlalu lama berdiri dan kepanasan, dijalan raya terjadi kecelakaan kendaraan dimana pengendaranya luka parah, di kolam renang kita melihat ada seorang yang mengambang tidak bergerak dan muka menghadap ke bawah, pada saat kita makan di restoran tiba-tiba ada seseorang tersedak dan terlihat tercekik karena tenggorokannya tersumbat makanan.. Kejadian tersebut dapat terjadi kapan saja dan menimpa siapa saja.. mungkin orang-orang yang mengalami kejadian tersebut diatas hanya memerlukan bantuan kecil kita.. namun yang lain akan meninggal atau menderita luka serius yang permanen jika tidak mendapatkan pertolongan segera. Banyak hal yang dapat membuat perbedaan apakah bisa diselamatkan jiwanya dan terbebas dari kelumpuhan serius atau tidak bisa terselamatkan jiwanya… kesehatan individu, keras atau tidaknya kejadian, jarak dan waktu mendapatkan bantuan medis, dan juga faktor keberuntungan… tiada seorang pun yang bisa mengontrol hal-hal tersebut.. Tapi ada satu hal yang dapat kita control ketika kita berada pada lokasi kejadian emergency.. seringkali hidup atau mati… sembuh total atau lumpuh permanen.. tergantung dari bantuan seseorang antara pertama kali diberikan penanganan di tempat hingga bantuan tenaga medis profesional tiba… Jika kita berada pada posisi tersebut.. kita dapat memberikan pertolongan sebagai seorang Emergency Responder, sebagai orang awam, kita tidak bisa menjamin bahwa korban akan hidup atau sembuh total.. terlalu banyak hal diluar kemampuan kontrol siapapun.. tapi kita dapat lebih percaya diri pada saat berada pada situasi emergency.. semua tindakan yang dapat dilakukan bisa dilakukan.. Jika kita tidak paham mengani prosedur penanganan kedaruratan, sepertinya menolong seseorang pada kejadian emergency itu merupakan sesuatu yang menakutkan dan rumit. Apa yang harus kita lakukan? tindakan apa yang harus dilakukan? bagaimana selanjutnya? .. pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan muncul terus, padahal kenyataannya tidaklah rumit. Jika kita mampu mengingat sebuah kata sederhana, maka kita akan tahu apa yang akan kita kerjakan. Hal ini disebabkan pada tindakan kedaruratan medis, kita mengikuti tahapan yang sama.. memberikan penanganan awal berdasarkan apa yang dihadapi. Setelah mengikuti pelatihan Emergency First Response Primary Care (CPR) dan Secondary Care (First Aid), kepercayaan diri kita untuk menolong bertambah.. kita bisa menerapkan dan mengikuti tahapan yang diperlukan secara benar.. sehingga kita melaksanakan sesuatu yang benar pada waktu yang tepat, kita bisa menerapkan bantuan penanganan awal mengikuti skala prioritas yang sama dipergunakan oleh tenaga medis profesional.. Terimakasih Nusantaride… Terimakasih Om Rendra… Terimakasih Emergency First Response… Adequate care provided is better than perfect care withheld.. Pertolongan memadai yang diberikan adalah lebih baik dari pada pertolongan sempurna yang ditunda |
Tinggalkan komentar