Tak lama kemudian kami berangkat dengan mengendarai 4 sepeda motor yaitu Suzuki GSX 250, Yamaha Scorpio, Suzuki Skywave dan tentu saja Python our Meggy, kami menuju daerah puspitek untuk bertemu dengan 1 orang rekan yang telah menunggu dengan keluarganya mengendarai Suzuki Skywave.
Diriku mengambil posisi paling belakang, sesuai dengan kesepakatan sebelumnya bahwa diriku akan menjadi sweeper.
Perjalanan pagi itu dari Alam Sutera menuju Puspitek sangat lancar, namun salah seorang rekan kami selepas perempatan German Center meminggirkan motornya..diriku langsung menepi dan menghampiri apa gerangan yang terjadi..ternyata rekanku mendengar suara sesuatu jatuh dan sewaktu memeriksa HPnya tidak ada, rekan kami menyusuri kembali jalan yang dia lewati untuk melihat apakah HPnya terjatuh..setelah sekian lama tidak ketemu ia memastikan kembali apakah HP nya jatuh ternyata HPnya ia pindahkan ke tempat lain agar lebih aman sewaktu mengendari motor..selanjutnya kami geber untuk mengejar ketinggalan.
Teman-teman yang didepan ternyata menunggu kami, setelah regroup kami melanjutkan perjalanan. Kami berhenti sejenak di depan kantor Lapan Puspitek untuk berkomunikasi dengan rekan kami yang akan bergabung dan memastikan tempat pertemuan.
Kami bertemu dengan rekan yang telah menunggu di suatu pom bensin jalan menuju Gunung Sindur.. Perjalanan dari Serpong menuju perempatan G. Sindur dilalui dengan lancar dan kondisi jalan yang bagus membuat pagi cerah ini terasa indah dinikmati dengan mengendari motor..
Dari perempatan Gunung Sindur kami meneruskan perjalanan melalui jalan Ciseeng, lalu lintas sedikit terhambat karena adanya keramaian pasar dan angkutan umum yang berhenti di jalan yang tidak begitu lebar.
Jalan Ciseeng pada saat itu kondisinya tidak begitu bagus..banyak lobang bahkan di beberapa tempat ada pengerjaan beton jalan yang belum selesai dan menyita separoh jalan mengakibatkan arus lalu-lintas harus bergantian
Kami berbelok ke jalan “Haji Umar”?? (wah lupa nama jalannya) menuju ke arah Ciampea..di rute ini jalan berlobang semakin banyak bankan kerusakan jalan sampai seluruh badan jalan..dan seperti di Ciseeng..di jalan ini pun terdapat pengerjaan beton jalan yang belum selesai dan menyita separuh jalan.
Kemacetan parah harus kami lalui pada saat kami memasuki pasar Ciampea yang pagi itu sangat ramai dan para pedagang yang menyita jatah pejalan kaki ditambah angkutan umum yang berhenti untuk mencari penumpang menambah keruwetan di pasar Ciampea.
Selepas kemacetan di Pasar Ciampea, perjalanan kembali lancar. Kami berhenti untuk break di suatu minimarket daerah Cibadak untuk keperluan logistik (makan siang) kami di Curug Cigamea

Kami berhenti sejenak dan membeli nasi bungkus di warung padang sebelah minimarket dan membeli keperluan lainnya di minimarket tersebut.
Perjalanan kami lanjutkan, perjalanan menuju Curug Cigamea menyusuri jalan yang membelah perkampungan, jalan yang relatif kecil ditambah ada perbaikan saluran air menyebabkan kami harus mengantri apabila ada dua mobil berpapasan.
Namun perjalanan ini sangat menyenangkan, cuaca cerah, udara segar, pemandangan indah menyebabkan kami tidak terasa telah tiba di pintu gerbang pertama menuju Curug Cigamea yaitu pintu gerbang Taman Nasional Gunung Halimun.

Setelah membayar retribusi, kamipun melaju di jalan yang membelah Gunung Halimun, jalan berkelok tajam dan turunan serta tanjakan kami lalui dengan semangat.
Pada saat itu banyak tentara yang memegang senjata sedang melakukan latihan perang..
Perjalanan menuju Curug Cigamea kami jumpai penginapan dan villa yang disewakan.

Akhirnya kami tiba di pintu masuk Curug Cigamea, setelah kembali menyelesaikan retribusi masuk kami pun dengan tidak sabar beranjak untuk ke lokasi curug Cigamea yang menjadi tujuan kami




Untuk menuju ke lokasi air terjun, kami diharuskan berjalan kaki dari pintu masuk melalui jalan setapak yang menurun kurang lebih berjarak 350 meter. Selama dalam perjalanan, setidaknya tercatat tiga air terjun tambahan berada disisi kanan jalan namun dengan debit air yang kecil dan berada dibalik rimbunnya daun pepohonan. Kondisi jalan menuju lokasi berupa jalan setapak yang telah terbuat dari batu dan tersusun rapi dalam bentuk susunan anak tangga. Dibeberapa bagian jalan terdapat tempat peristirahatan, untuk melepas lelah sejenak sambil menikmati air terjun dari kejauhan. Warung-warung penjual makanan juga tersedia, siap melayani dengan hidangan sederhana berupa mie rebus atau sekedar secangkir kopi susu panas dan aneka gorengan.

Setibanya di lokasi, terlihat Curug Cigamea terdiri dari dua buah air terjun utama dengan karakter yang berbeda.
Air terjun pertama yang lebih dekat dengan jalan masuk, berupa air terjun dengan tebing curam menyerupai dinding dan didominasi bebatuan warna hitam. Air terjun yang pertama lebih tinggi daripada air terjun yang kedua. Sedangkan kolamnya tidak terlalu dalam dan tidak dapat dipergunakan untuk berenang.
Air terjun kedua berjarak kurang lebih 30 meter dari air terjun pertama dan berada dicelah tebing. Bebatuan tebing berwarna hitam berpadu dengan corak garis warna coklat kemerah-merahan nampak terlihat jelas dan memberi nuansa sendiri saat melihatnya. Air yang mengalir lebih mirip dengan aliran sungai dengan ukuran lebar yang semakin kebawah semakin melebar dan debit air yang cukup tinggi. Sepintas bila dilihat dari bawahpancuran air kecil dari celah bebatuan yang ada pada perjalanan menuju lokasi.
Kolam dibawah air terjun kedua ini mempunyai kedalaman dan luas yang cukup apabila pengunjung hendak berenang.
Pengunjung semakin banyak yang datang menjelang siang. Berdasarkan pengamatan diriku seperti umumnya tempat wisata di negeri ini yang mempunyai keindahan menakjubkan namun tidak disertai dengan kesadaran menjaga lingkungan dan kebersihan terutama oleh para pengunjung sehingga seperti banyak tempat rekreasi lainnya, Keindahan pemandangan Curug Cigamea berkurang karena sampah yang dibuang sembarangan oleh para pengunjung.

Kami menikmati pemandangan indah didepan kami dan juga menikmati perbekalan yang kami bawa.
Setelah dirasakan cukup kami berada di Curug Cigamea, maka kami pun bersiap-siap pulang.
Setelah melalui jalanan naik dari Curug ke Pintu keluar kami pun nongkrong di sepeda motor masing-masing untuk perjalanan pulang.
|
selamat pagi, mau tanya… kalo di gunung bunder itu memang gk ada air terjunnya yah pak ??
saya dari kebon nanas. rencana minggu ini mau kesana. heheh
Salam kenal mas bro, di wilayah Gunung Bunder ada beberapa curug (air terjun) yang dapat dikunjungi yaitu Curug Cihurang, Curug Ngumpet, Curug Cigamea, dan Curug Seribu.
Akan ada papan petunjuk menuju ke curug-curug tersebut
Selamat menikmati alam Indonesia yang indah mas bro.. please keep safety and enjoy the ride..